Yogyakarta — Santri Pesantren Maskumambang kembali menunjukkan bahwa teknologi dan nilai-nilai pesantren bisa berjalan beriringan. Dalam ajang bergengsi Lomba Robot Nasional Technocorner 2025 yang digelar oleh Universitas Gadjah Mada (UGM), dua tim robotik Maskumambang berhasil meraih Juara 3 dan Juara 4 dalam kategori Transporter, mengalahkan puluhan pesaing dari sekolah dan kampus ternama di Indonesia.
Kompetisi ini diikuti oleh 50 tim dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi unggulan, menjadikannya salah satu ajang paling kompetitif di bidang robotika nasional.
2 Tim Robotik Maskumambang Tembus Semifinal

Tim NOORIX dari SMK Maskumambang 1 Gresik, beranggotakan Rizli dan Alan, sukses meraih Juara 3 setelah mengalahkan tim-tim kuat, termasuk dari Universitas Brawijaya dan Politeknik Negeri Malang (Polinema).

Tim P-RAY dari MTs YKUI Maskumambang, beranggotakan Aisy dan Nafis, membuktikan kapasitas luar biasa dengan menyabet Juara 4 setelah berhasil mengalahkan sekolah-sekolah unggulan dan memulangkan tim robotik dari Universitas Trunojoyo Madura.
“Tidak pernah terbayang bisa mengalahkan tim dari kampus-kampus besar. Tapi kami percaya dengan kemampuan sendiri dan terus berusaha maksimal,” kata Rizli, anggota Tim NOORIX, penuh semangat.
Perjuangan Panjang Penuh Doa dan Usaha
Prestasi ini bukan diraih secara instan. Para santri telah melakukan persiapan intensif selama berbulan-bulan, bahkan rela menginap dan lembur di sekolah demi menyempurnakan desain dan performa robot mereka. Mulai dari perancangan teknis, pengujian sistem, hingga simulasi lintasan lomba, semua dijalani dengan penuh semangat dan kerja keras.
Addin, pembina MRC lainnya, menyampaikan kebanggaannya: “Ini adalah bukti bahwa kerja keras dan kolaborasi dalam MRC membuahkan hasil. Mereka tidak hanya bersaing, tetapi juga belajar banyak dari peserta lain. Semangat pantang menyerah inilah yang membawa mereka sampai ke podium.”
Menariknya, sebelum pertandingan dimulai, para santri meluangkan waktu untuk berdoa dan membaca Al-Qur’an bersama. Kegiatan ini mereka lakukan untuk mendapatkan ketenangan hati dan menghilangkan rasa grogi, menjadikan kompetisi ini bukan hanya ajang adu kecerdasan, tapi juga pengalaman spiritual yang mendalam. Dalam perjalanan menuju ke arena lomba, di mobil para santri membaca al-kahfi secara bersama-sama.
“Kami ingin tampil tenang dan percaya diri. Maka sebelum lomba, kami membaca Al-Qur’an dan berdoa bersama. Rasanya jadi lebih ringan dan fokus,” ujar Aisy dari Tim P-RAY.
Satu-Satunya Peserta dari Pesantren
Di tengah dominasi peserta dari kampus besar dan sekolah-sekolah favorit, Pesantren Maskumambang menjadi satu-satunya wakil dari lembaga pesantren. Fakta ini menjadi bukti kuat bahwa santri mampu bersaing di dunia sains dan teknologi tingkat nasional.
“Santri sekarang harus berani melangkah ke dunia teknologi. Jangan hanya jadi penonton. Kita harus ikut serta dan membawa nilai-nilai Islam ke dunia inovasi,” ujar Guntur selaku pembina robot.
Kemenangan ini menjadi semangat baru bagi pengembangan komunitas robotik di lingkungan pesantren. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dan ilmu pengetahuan modern, Maskumambang siap mencetak generasi santri inovatif yang akan membawa perubahan positif di masa depan.