Madinah Al-Munawwarah – Majelis Tarjih dan Tajdid Pengurus Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Arab Saudi sukses menggelar kajian ilmiah dengan tema “Ketangguhan Konsep-konsep Atsariyah dalam Menghadapi Wacana-wacana Barat Kontemporer” pada Rabu 15 Mei 2025. Kegiatan tersebut dilaksanakan di RBH (Rumah Buya HAMKA), sebutan untuk kantor sekaligus pusat kegiatan PCIM Arab Saudi yang berlokasi di Kota Madinah Al-Munawarah, dengan waktu pelaksanaan pukul 21.30 WAS atau 01.30 WIB.
Kegiatan itu menghadirkan K.H. Nidlol Masyhud, Lc., Dpl., Pemangku Pondok Pesantren Maskumambang sekaligus Direktur Pusat Kajian Akidah IHKAM, yang sedang berada di Arab Saudi, sebagai narasumber. Kegiatan yang berbentuk presentasi dan diskusi tematik tersebut diikuti oleh para mahasiswa, termasuk mahasiswa Pascasarjana S2 dan S3 di kampus-kampus Islam di Arab Saudi. Selain itu, peserta dari Indonesia dan negara lainnya juga turut hadir secara daring melalui platform Zoom Meetings.
Pemaparan K.H. Nidlol Masyhud

K.H. Nidlol Masyhud menyampaikan bahwa kelompok Atsariyah yang dikenal juga sebagai Ahlul Hadits atau Ahlussunnah Wal Jamaah memiliki posisi yang sangat kuat dalam mempertahankan ajaran Islam otentik. “Mereka adalah golongan yang menjaga warisan akidah, hukum, dan akhlak dari Rasulullah SAW secara turun-temurun. Berbeda dengan banyak kalangan lainnya, Atsariyah sangat mementingkan otentisitas ajaran Agama dan tidak silau dengan aneka ajaran serapan dari luar tradisi Islam seperti biasa terjadi pada banyak kalangan Filsuf, Mutakallim, dan Sufi yang tidak terikat oleh Sunnah dan Atsar,” ujar beliau dalam resumenya.
Lebih jauh, K.H. Nidlol Masyhud menjelaskan bahwa konsep-konsep Atsariyah tidak hanya kuat dari sisi tradisi, namun juga mapan secara epistemologis, rasional, dan aksiologis. “Ketika dihadapkan pada berbagai wacana Barat, baik yang klasik maupun kontemporer, pendekatan Atsariyah mampu menyaring dan mengkaji secara proporsional tanpa terbawa oleh syubhat atau pengingkaran terhadap kebenaran,” terang beliau.
Dalam forum tersebut, K.H. Nidlol Masyhud mengidentifikasi tiga aspek besar ajaran agama Islam yang kerap diserang oleh penyelewengan dari wacana pemikiran dan kebudayaan Barat kontemporer, khususnya dengan arus posmodernisme. Ketiganya adalah aspek Ketuhanan yang mendapat tantangan dari ideologi seperti ateisme, agnostisisme, dan deisme; aspek Keilmuan yang digoyang oleh skeptisisme, empirisme, dan relativisme kebenaran; serta aspek Kenormaan (nilai dan hukum) yang dirusak oleh paham pluralisme, liberalisme, dan sekularisme agama.
Menanggapi hal tersebut, K.H. Nidlol Masyhud menekankan bahwa ketangguhan konsep Atsariyah terlihat jelas dari kemampuannya menjawab tantangan-tantangan itu secara ilmiah dan aplikatif. Menurut beliau, sistem akidah, ushul fiqh, dan akhlak dalam tradisi Atsariyah memiliki struktur validasi yang kuat dan relevan di berbagai zaman. Khazanah Atsariyah sangat mapan bangunan konsep-konsepnya, serta tangguh metodenya dalam menghadapi aneka wacana luar yang terus berkembang.

Kajian ini pun disambut antusias oleh peserta, baik yang hadir langsung maupun secara virtual. Suasana diskusi juga berlangsung aktif dan produktif. Kajian yang dimulai bakda Isya ini berlanjut selama sekitar 3 jam sampai pertengahan malam. Beberapa peserta menyampaikan bahwa kajian ini membuka wawasan baru tentang pentingnya kembali kepada sumber-sumber otentik Islam dalam menjawab tantangan zaman, serta para pengkaji Islam sama sekali tidak layak untuk minder dalam menghadapi perang pemikiran dan aneka wacana kontemporer.
Dengan keberhasilan pelaksanaan kajian ini, PCIM Arab Saudi telah menunjukkan aksinya dalam menghidupkan wacana keilmuan Islam yang kritis dan berakar kuat pada tradisi yang bersumber otentik dari Wahyu.