Santri Borong Ilmu dari Dr. Ahmad Nasikun, ST, M.Sc., Dosen Muda Berprestasi UGM

Yogyakarta – Ada cerita seru dan membanggakan dari perjalanan enam santri Pondok Pesantren Maskumambang ke Yogyakarta. Mereka berangkat bukan untuk wisata, tapi untuk mewakili pesantren dalam ajang lomba robotik nasional bidang Transporter yang digelar dalam event Technocorner 2025, sebuah kompetisi tahunan bergengsi yang diselenggarakan oleh mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM).

Enam santri hebat tersebut adalah Alan, Rizli, Aisy, Nafis, Guntur, dan Adin yang merupakan anggota Maskumambang Robotic Community. Mereka didampingi langsung oleh guru pembimbing robotik, Amin Rois, S.Kom., yang selama ini aktif membina dan mengembangkan minat para santri di dunia teknologi dan otomasi.

Bersaing Sambil Belajar: Lomba yang Bukan Sekadar Lomba

Technocorner bukan ajang biasa. Kompetisi ini mempertemukan para pelajar dan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia untuk adu kreativitas dan kemampuan dalam bidang teknologi. Di cabang Transporter yang diikuti santri Maskumambang, peserta ditantang menciptakan robot yang mampu memindahkan objek dengan kecepatan, ketepatan, dan efisiensi.

Walaupun penuh tekanan dan persaingan ketat, semangat para santri tetap menyala. Mereka mempersiapkan segala hal sejak jauh-jauh hari, mulai dari desain robot, pemrograman, hingga latihan pengoperasian. Dan yang luar biasa, mereka tidak hanya fokus pada kompetisi, tapi juga membuka diri untuk belajar dari lingkungan baru.

Santri Borong Ilmu dari Dr. Ahmad Nasikun, ST, M.Sc., Dosen Muda Berprestasi UGM

Bertemu Dosen Keren, Ngobrol Asik dan Penuh Inspirasi

Di sela-sela lomba, para santri mendapatkan kejutan istimewa. Mereka diajak bertemu langsung dengan Dr. Ahmad Nasikun, ST, M.Sc., salah satu dosen muda berprestasi dari Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi UGM.

Dr. Nasikun berbagi cerita tentang perjalanan akademiknya. Dari belajar di UGM, lanjut S2 ke Seoul National University (Korea Selatan), hingga lulus program doktoral di TU Delft, Belanda — kampus teknik terbaik di Eropa.

Beliau banyak terlibat dalam riset komputer grafis, augmented reality, dan teknologi 3D printing. Meski kesibukannya luar biasa, beliau tetap rendah hati dan senang berbagi ilmu, terutama kepada para santri yang punya semangat belajar tinggi.

“Santri itu punya potensi besar. Jangan pernah merasa tertinggal. Justru santri harus ikut ambil bagian dalam perkembangan teknologi. Dunia saat ini butuh orang-orang yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga punya integritas dan nilai. Santri punya itu. Maka jangan ragu untuk ikut berkontribusi dan terus belajar mengikuti perkembangan zaman,” ujar Dr. Ahmad Nasikun saat berdiskusi dengan para santri Maskumambang.

Jalan-Jalan ke Lab Mahasiswa, Lihat Dunia Teknologi dari Dekat

Setelah ngobrol, para santri diajak berkeliling kampus teknik UGM. Mereka masuk ke beberapa ruang laboratorium dan melihat langsung berbagai proyek mahasiswa. Ada robot otomatis, sistem kendali jarak jauh, hingga inovasi teknologi aviasi. Mata para santri terlihat berbinar-binar, kagum dan penasaran sekaligus.

“Keren banget! Bisa bertemu dengan dosen muda yang penuh dengan prestasi dan sangat menginspirasi. Apalagi kita diajak keliling ruangan serta melihat project mahasiswa yang sangat luar biasa,” ujar Rizli, santri dari Nusa Tengara Timur.

Santri Borong Ilmu dari Dr. Ahmad Nasikun, ST, M.Sc., Dosen Muda Berprestasi UGM
Santri Maskumambang Melihat Project Akhir Mahasiswa

Pengalaman ini jelas jadi momen tak terlupakan. Bagi santri-santri yang selama ini belajar teknologi dari ruang kelas dan bengkel di pesantren, berkunjung langsung ke kampus teknik ternama seperti UGM adalah sebuah lompatan besar. Mereka jadi semakin yakin bahwa belajar dan berkarya bisa dimulai dari mana saja — termasuk dari pesantren.

Santri Melek Teknologi: Kenapa Tidak?

Kunjungan ini mempertegas visi Pesantren Maskumambang dalam menyiapkan generasi santri yang tidak hanya kuat secara keilmuan agama, tapi juga mampu bersaing dalam bidang teknologi dan inovasi. Dunia semakin bergerak cepat, dan pesantren punya peran penting dalam menyiapkan pemimpin masa depan yang cakap secara spiritual sekaligus intelektual.

“Kami bersyukur bisa membawa anak-anak sampai ke titik ini. Lomba robotik adalah alat, tapi tujuan besarnya adalah membuka mata dan pikiran mereka tentang luasnya dunia ilmu,” ujar Amin Rois, sang pembimbing.

Meski datang untuk lomba, para santri pulang dengan lebih dari sekadar pengalaman bertanding. Mereka membawa pulang inspirasi, motivasi, dan semangat baru untuk terus belajar, berkarya, dan bermimpi besar. Siapa tahu, kelak di antara mereka ada yang melanjutkan studi ke UGM, atau bahkan menjadi dosen seperti Dr. Nasikun?

Pesantren Maskumambang akan terus mendorong dan mendukung para santrinya untuk menjelajah ilmu, mengejar prestasi, dan memberikan manfaat seluas-luasnya untuk umat. Karena di dunia yang serba digital ini, santri melek teknologi bukan lagi impian — tapi kebutuhan.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *