Gresik – Di tengah suasana pesantren yang identik dengan kitab dan kajian keislaman, ada satu komunitas yang menjadi bukti nyata bahwa santri juga bisa menjadi pelopor inovasi teknologi. Maskumambang Robotic Community, sebuah tim robotik yang dibentuk sejak tahun 2012 oleh Ustadz Ahmad Sholihan, menjadi pionir di antara lembaga pendidikan Islam pada masanya.
Kala itu, Maskumambang adalah satu-satunya madrasah yang berani melangkah lebih jauh dalam dunia teknologi robotik. Tidak main-main, tim ini bahkan menggandeng para mahasiswa dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) untuk secara langsung membina dan melatih para santri. Sebuah kolaborasi yang jarang terjadi antara pesantren dan kampus teknologi, namun berhasil menjadi wadah tumbuhnya talenta-talenta muda di bidang robotik.
Belajar Teknologi Tanpa Meninggalkan Nilai-Nilai Pesantren
Yang menarik, kegiatan robotik ini tidak berdiri sendiri. Kegiatan ini tumbuh dan berkembang selaras dengan tradisi keilmuan Islam yang telah mengakar kuat di Pondok Pesantren Maskumambang. Santri yang mengikuti komunitas robotik tetap aktif dalam kegiatan diniyah, tahfidz, dan pembelajaran kitab. Inilah salah satu keunikan sistem pendidikan di Maskumambang: menggabungkan kekuatan iman dengan kecakapan zaman.
P-RAY: Tim Robotik dengan Filosofi Doa dan Usaha
Dari komunitas ini, lahirlah P-RAY (dibaca Phi-Ray atau PRAY) — nama tim robotik Madrasah Aliyah YKUI Maskumambang. Nama ini bukan sembarang nama. Di baliknya tersimpan filosofi mendalam: santri yang selalu berdoa dalam setiap usaha, berharap mendapat hasil terbaik di setiap kompetisi. Nilai spiritual dan semangat juang inilah yang menjadi kekuatan utama tim P-RAY.
Kompetisi perdana yang diikuti oleh P-RAY adalah BARONAS (Lomba Robot Nasional) pada tahun 2013, yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Meski merupakan pengalaman pertama turun di ajang nasional, tim P-RAY berhasil menembus babak semifinal. Sebuah pencapaian luar biasa yang menunjukkan bahwa santri pun mampu bersaing di panggung teknologi tingkat tinggi.

Keberhasilan P-RAY memberi inspirasi bagi unit pendidikan lainnya di lingkungan Pondok Pesantren Maskumambang. Tak lama setelahnya, lahirlah Tim DZIKR, dari MTs YKUI Maskumambang, yang membawa semangat eksplorasi teknologi sejak usia dini. Serta Tim NOORIX, dari SMK Maskumambang 1, dengan pendekatan lebih teknis dan aplikatif khas pendidikan vokasi.
Seiring waktu, Maskumambang Robotic Community tidak hanya menjadi tempat belajar, tapi juga ladang prestasi. Beberapa kali tim ini tampil dalam kompetisi tingkat regional dan nasional. Yang lebih penting, komunitas ini berhasil menumbuhkan semangat eksplorasi dan rasa percaya diri bagi para santri untuk berkarya dan bersaing di dunia luar.
Komunitas ini menjadi salah satu dari banyak jalur yang disiapkan oleh pesantren untuk menyambut tantangan zaman.