TAPAK KAKI, GURU NDESO YANG MENDAMBA ANUGERAH GTK NASIONAL
TAPAK KAKI, GURU NDESO YANG MENDAMBA ANUGERAH GTK NASIONAL
Siapa yang tidak ingin menjadi guru berprestasi tingkat nasional? Mendapatkan anugerah dari Kementerian Agama di hari guru 25 November yang berlangsung setiap tahunnya.
Pastinya semua GTK menginginkan hal itu bukan? Menjadi guru berprestasi adalah cita-cita. Sebuah impian besar yang mungkin tidak semua guru punya motivasi, gairah dan ambisi yang terus menyalah hingga mampu mewujudkannya
Terlebih bagi guru yang mengajar di sekolah – sekolah desa yang jauh dari kesan mapan, fasilitas yang serba terbatas dan prestasi siswa yang biasa-biasa saja. Tentu saja hal itu, ibarat pungguk merindukan bulan.
Adalah ustadz Husni Mubarrok, seorang guru yang berasal dari desa. Ia mengajar di madrasah swasta yang letaknya jauh dari kota. Ambisinya sangat membahana, cita-citanya sungguh dahsyat tak terkira. Bahkan mungkin kebanyakan guru menertawainya. Lawong guru ndeso saja, sekolahnya ada di desa, kok impiannya setinggi angkasa. Hehe..
Ustadz Husni bukan pemenang anugerah GTK, apalagi tingkat nasional. Ia hanya guru biasa yang mendamba jadi pemenang Anugerah GTK Nasional suatu saat nantinya. Kira-kira kapan ya.. ia mampu meraihnya. Entahlah!, hehe…
Bekalnya hanya prestasi ecek-ecekan. Prestasi kecil yang jauh dari kesan woow dan mempesona. Apakah ia tidak pernah juara? Tentu saja tidak. Ia pernah juara kok namun levelnya masih kecil. Tak hebat dan woow seperti level bergengsi juara tingkat nasional atau bahkan internasional.
Ambisinya memang sangat besar. Impiannya memang menjadi jawara nasional. Sesuatu di luar nalar namun bukan berarti tak mustahil untuk diraihnya.
Liku hidupnya pernah membuktikan, dan tapak kakinya pernah menjadi saksi bahwa sesuatu yang sepertinya tidak mungkin diraih bagi dirinya ternyata dapat direngkuhnya.
Dulu, tak pernah terlintas dalam dirinya ia akan memiliki karya buku, diterbitkan di penerbit mayor dan tanpa sepeserpun cuan. Ternyata, seiring berjalannya waktu, ia mulai menuntun kakinya, menapaki tangga-tangga, belajar dan terus tumbuh berproses menyukai tutur pena. Alhasil karya pun lahir dan diterima di penerbit mayor hingga setapak demi setapak berjumlah 4 karya solo yang diterbitkan di sana.
Hanya 4 buku solo yang diterbitkan di penerbit mayor, tentu saja sedikit. Hehe…
Namun bagi ustadz Husni itu sesuatu yang luar biasa. Tak mudah lho! tembus buku di penerbit mayor karena naskah buku harus melewati banyak seleksi dan saingan yang tentunya jumlahnya bisa puluhan atau bahkan ratusan.
Siapa yang menyangka, Ustadz Husni bisa meraih juara di beberapa kesempatan lomba. Sebutlah diantaranya: Juara I Guru berprestasi Jawa Timur tahun 2018 yang diselengarakan oleh STKIP AL Hikmah Surabaya, menjadi juara 3 GTK Madrasah Berprestasi Jatim 2019 yang digagas oleh Kanwil Kemenag Jatim atau berturut-turut menjadi Juara 3 dan I Guru Kreatif FAI Got Talent yang diadakan oleh Universitas Muhammadiyah Sidoarjo tahun 2022 dan 2023 yang skalanya tingkat nasional atau menjadi Juara II Teacher Idol Video Pembelajaran STKIP AL Hikmah Surabaya 2023 dan prestasi kecil lainnya tingkat kabupaten. Tentu saja, dalam bayangan ustadz Husni saat masih kecil dulu tidaklah terlintas di benaknya. Namun ternyata, tapak kakinya telah menuntunnya mengukir pahatan indah dalam sejarah liku kehidupannya. Woow, sungguh ini adalah karena kuasa-Nya dan takdir terbaik dari-Nya.
Merajut Asa, Hadir di FGD
Kini, ustadz Husni terus melangkah, menapaki liku cita-cita besarnya. Sebuah impian yang terus memompah semangatnya. Sebuah asa yang terus dinanti dan didamba entah sampai kapan terwujudnya. Baginya, yang terpenting, ia terus berproses, mencari luapan ilmu dari berbagai ceruk kesempatan dimana ia berada.
Seperti yang baru saja ia jalani. Ia hadir memenuhi undangan dari Kemenag RI Kantor Wilayah Jawa Timur di acara FGD (Focus Group Discus) GTK Madrasah Berprestasi tahun 2024, tepatnya pada tanggal 02 – 03 Mei 2024 di Fave Hotel Mex Surabaya.
Ustadz Husni hadir bersama 214 peserta lainnya yang mayoritas adalah para pemenang Anugerah GTK mulai dari level nasional hingga level kabupaten sejak 2021 – 2023.
Di sana, ia menimbah ilmu, menyerap buliran mutiara dari para jawara GTK Madrasah Berprestasi Nasional sesungguhnya. Nara sumber yang pastinya, keren punya. Prestasinya tak main-main, pastinya setumpuk dan keren-keren. Tak seperti yang Ustadz Husni punya, hanya prestasi kecil dan biasa-biasa saja.
Di hari pertama nara sumber FGD, ada Bapak Yoga, Ibu Candra, Bapak Samsul dan Ibu Nur Aliyah. Pastinya mereka adalah para jawara nasional yang prestasinya sungguh melimpah.
Lalu di hari kedua FDG, tampil para nara sumber yang tak kala hebatnya pula, mereka adalah Bapak Faiq Fofiqi, Bapak Kantiono, Ibu Willis, Bapak Rakhmad, Bapak Suyoko dan Bapak Abbas. Hadir pula sebagai pendamping dan pemandu acara di setiap sesi para mantan jawara nasional GTK juga, mereka adalah Ibu Hanum, Bu Uswatun, Bu Neny, Bu Herlina, Bu Ifa dan Pak Koko.
Pastinya mereka menceritakan tentang pengalamannya, khususnya tentang best practice yang mereka punya saat tampil di grand final anugerah GTK Madrasah Berprestasi di Jakarta.
Best practice yang keren-keren. Tentu saja, sangat layak mereka ditasbihkan menjadi jawaranya. Ada best practice dari bunda Nur Aliyah, Kepala MTsN 2 Jember yang mengangkat tema tentang Madrasah Model Literasi. Ada pula best practice dari Bapak Suyoko, Guru MTsN 8 Tulungagung yang mengangkat tema tentang Madrasah Budayanya ada pula best practice dari Bapak Abas Shofwan, Guru MTsN 7 Kediri yang mengangkat tema tentang aplikasi media pembelajaran robot sistem pencernaan.
Tak ketinggalan pula best practice dari Bapak Faiq Fofiqi, Laboran MTs NU Trate Gresik tentang alat peraga Bio Baterai, lalu best practice dari Ibu Wilis Anggraeni, guru MAN 3 Banyuwangi yang mengangkat tema tentang Digitalisasi Madrasah dan masih banyak best practice dari nara sumber lainnya.
Ustadz Husni pun menikmati setiap sajian desiminasi best practice dari para jawara. Dalam hati kecilnya, terbesit asa yang kian membuncah agar kiranya suatu saat nantinya bisa pula hadir di FGD tahun – tahun berikutnya namun bukan sebagai peserta, melainkan sebagai nara sumber sang jawara nasional Anugerah GTK. Hehe, Aamiin..
Doa terbaik dari guru ndeso yang mendamba prestasi kota jawara kelak di Jakarta (Husni)