Gresik – Praktik pengawetan hewan menggunakan resin menjadi sorotan kegiatan pembelajaran Sains kelas 5 MI YKUI Maskumambang. Metode ini tidak hanya menjadi cara untuk memperkenalkan konsep ilmiah kepada santri, tetapi juga mengasah kreativitas dan kepedulian terhadap lingkungan. Ustadz Fahmi Maksuni, S.Pd guru mata pelajaran IPA MI YKUI Maskumambang, menyampaikan bahwa pendekatan pembelajaran ini disambut antusias oleh para santri.

“Waktu pertama kali saya ajak anak-anak bikin awetan serangga pakai resin, mereka tuh antusias banget. Bayangin aja, mereka kayak mau bikin karya seni yang unik dan ilmiah dalam satu waktu,” jelas Ustadz Fahmi saat ditemui di ruang laboratorium madrasah.
Kegiatan dimulai dengan pencarian serangga yang sudah mati secara alami. Menurut Ustadz Fahmi, penting untuk menanamkan nilai kepedulian sejak dini, sehingga para santri diajarkan untuk tidak membunuh serangga secara sengaja. Lokasi pencarian serangga biasanya di taman madrasah atau sekitar rumah santri.
Setelah mendapatkan serangga, santri membersihkan tubuhnya secara perlahan menggunakan kuas kecil dan pinset agar tetap utuh. Proses ini dilanjutkan dengan pengeringan serangga selama beberapa hari, guna memastikan serangga dalam kondisi kering sebelum dicelupkan ke resin.
Selanjutnya, para santri mulai menggunakan resin bening untuk mengawetkan serangga. Dengan menggunakan cetakan kecil berbentuk kotak atau lingkaran, mereka menuangkan resin lapisan pertama, menunggu hingga setengah keras, lalu meletakkan serangga secara hati-hati. Setelah itu, resin kembali dituangkan hingga menutupi seluruh tubuh serangga. Proses pengeringan resin ini memakan waktu sekitar satu hari, hingga hasil akhir berbentuk seperti kaca bening yang memuat serangga di dalamnya.
Menurut pihak madrasah MI YKUI Maskumambang, pembelajaran seperti ini memberikan dampak positif secara luas. Para santri tidak hanya belajar mengenai zat kimia dan proses ilmiah sederhana, namun juga melatih ketelitian, kesabaran, serta rasa ingin tahu terhadap dunia serangga.
“Yang bikin saya senang, anak-anak nggak cuma belajar soal sains atau bahan kimia sederhana, tapi juga soal ketelitian, kesabaran, dan rasa ingin tahu. Mereka jadi makin kenal jenis-jenis serangga,” tambah Ustadz Fahmi.
Hasil karya pengawetan ini kemudian dipajang di laboratorium madrasah atau dibawa pulang oleh santri sebagai bentuk apresiasi terhadap kerja keras mereka. Beberapa santri mengaku bangga dan ingin mengulang praktik ini dengan serangga yang berbeda.

Kegiatan pembelajaran seperti ini menjadi bukti bahwa MI YKUI Maskumambang tidak hanya fokus pada teori, tetapi juga pada praktik yang menyenangkan dan bermakna. Pengalaman langsung dalam membuat awetan serangga dengan resin menjadikan pelajaran Sains lebih hidup dan melekat dalam ingatan siswa. MI YKUI Maskumambang pun berkomitmen terus menghadirkan metode belajar inovatif demi mencetak generasi yang kritis dan cinta ilmu pengetahuan.