Ini adalah eranya disrupsi. Disrupsi adalah sebuah inovasi yang akan menggantikan seluruh sistem lama dengan cara-cara baru. Disrupsi berpotensi menggantikan pemain-pemain lama dengan yang baru. Disrupsi menggantikan teknologi lama yang serba fisik dengan teknologi digital yang menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru dan lebih efisien, juga lebih bermanfaat.
Tak ada yang tak terdampak disrupsi, tak terkecuali pendidikan anak-anak kita. Pengecualian bisa terjadi apabila kita benar-benar cerdik berinovasi, membentuk kembali model pendidikan dengan cara-cara baru. Pengeculian juga bisa terjadi apabila para elite dan masyarakatnya mau meyusun ulang undang-undang atau peraturan lama, atau memberi ruang sedikit lebih leluasa pada pembaruan.
Melihat tantangan pendidikan yang semakin berat ini, Mts YKUI Maskumambang menghadirkan nara sumber Bapak Drs. Najib sulhan, MA, untuk memberikan wawasan pada seluruh wali murid yang dikemas dalam kegiatan “Parenting” dan dilaksanakan pada hari Ahad 29 Desember 2019. Parenting tahun ini dihadiri sekitar 400 wali murid dari berbagai daerah.
Ust Goits BA. selaku ketua Yayasan dalam sambutannya mejelaskan bahwa salah satu fungsi orang tua adalah sebagai fasilitator, maka apa yang diberikan ke anak-anaknya harus berorientasi pada pertumbuhan dan perkembangan ke arah yang positif, orang tua dibantu oleh madrasah juga harus sabar memberikan rambu-rambu dan pendampingan yang intens kepada anak agar bisa menggunakan fasilitas yang diberikan dengan benar.sehingga cita-cita orang tua agar anak bisa menjadi pribadi yang bijak bisa tercapai.
Sementara, Bapak Drs. Najib sulhan, MA ( seorang fasilitator PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) Nasional, guru berprestasi penulis buku sekaligus alumni PP. Maskumambang) menyampaikan bahwa ada 4 elemen penting yang harus dilakukan oleh orangtua dalam mengawal putra-putrinya mendidik anak di era disrupsi, yakni
1) Kenali perkembangan anak sesuai usia dan bahasanya.
Orangtua harus mampu memahami karakter anak sesuai dengan tahapan usianya, bagaimana cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan mereka. Setiap tahapan usia memiliki pendekatan yang berbeda dan tidak bisa dijeneralisasikan. Mereka punya keunikan dan karakter yang berbeda-beda. Mulai dari usia tanam (0-7), usia model (8-14) dan usia sosial (15-22). Mulai dari mengajak mereka bercerita, memberikan contoh hingga mengajak diskusi layaknya teman.
2) Kenali potensi setiap anak.
Orangtua harus mampu mengenali dan menggali setiap potensi anaknya. Mereka memiliki potensi yang beragam. Kecerdasanpun akan berbeda antar satu dengan lainnya. Ada anak dengan cerdas bahasa, cerdas angka, cerdas gambar, cerdas musik, cerdas bergaul, cerdas gerak, cerdas alam hingga cerdas diri. Orangtua perlu menggali agar tahu bakat apa yang dimiliki oleh sang anak.
3) Pandanglah anak secara positif.
Berbaik sangkalah (huznudzon) pada anak. Berikan pandangan positif pada mereka. Ketika orangtua memandang anak baik, maka hasilnyapun akan positif. Sebaliknya, ketika pandangan orangtua selalu jelek, maka hasilnyapun akan negatif.
4) Yakinilah tentang ridho orangtua terhadap anak.
Orangtua harus senantiasa mengiringi setiap langkahnya dalam mendidik putra-putrinya dengan kekuatan doa dan kesabaran. Sandarkan pada Tuhan disetiap langkah membimbing mereka. Doa adalah penyempurna amal dan doa memiliki kekuatan yang sungguh hebat luar biasa. nf